Teori Konseling
1. Teori Konseling Behavioral
2. Teori Konseling Gestalt
3. Teori Konseling Realitas
4. Teori Konseling Psikologi Individual
5. Teori Konseling Trait and Factor
a) Pengertian
Teori
konseling behavioral berasal dari konsepsi yang dikembangkan oleh hasil-hasil
penelitiaan psikologi eksperimental. Terutama dari Pavlov dengan classical
conditioning-nya dan B. F. Skinner dengan operant conditioning-nya, yang
menurutnya berguna untuk memecahkan masalah-masalah tingkah laku abnormal dari
yang sederhana (hysteria, obsesional neurosis, paranoid) sampai pada yang
kompleks (seperti phobia, anxiety, dan psikosa), baik untuk kasus individual
maupun kelompok.
Pendekatan behavioral juga
merupakan suatu pendekatan terapi tingkah laku yang berkembang pesat dan sangat
populer, dikarenakan memenuhi prinsip-prinsip kesederhanaan, kepraktisan,
kelogisan, mudah dipahami dan diterapkan, dapat didemonstrasikan, menempatkan
penghargaan khusus pada kebutuhan anak, serta adanya penekanan perhatian pada
perilaku yang positif.
b) Konsep
Utama
Dalam pandangannya tentang hakekat
manusia, teori behavioral menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat
mekanistik dan hidup dalam alam yang deterministik, dengan sedikit peran
aktifnya untuk memilih martabatnya. Perilaku manusia adalah hasil respon
terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan melalui interaksi ini
kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
Dalam konsep behavioral,
perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga dapat diubah
dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian, teori konseling
behavioral hakekatnya merupakan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik belajar
secara sistematis dalam usaha menyembuhkan gangguan tingkah laku. Asumsinya
bahwa gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar yang keliru,
dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat lebih sesuai.
Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah suai dan menggantikannya
dengan tingkah laku baru yang lebih sesuai.
c) Aplikasi
Dalam Konseling
Berangkat dari asumsi bahwa perilaku yang
normal ataupun tidak adalah sama-sama merupakan hasil belajar, maka kontribusi
terbesar dari pendekatan behavioral adalah diperkenalkannya konsep tersebut
secara ilmiah di bidang psikoterapi, yaitu bagaimana memodifikasi perilaku
melalui penataan lingkungan, sehingga terjadi proses belajar yang tertuju
kepada perubahan perilaku.
Pendekatan behavioral yang
memusatkan perhatian kepada perilaku yang tampak, mengindikasikan bahwa dalam
pelaksanaan konseling yang perlu diperhatikan adalah pentingnya konselor untuk
mencermati permasalahan-permasalahan penyimpangan perilaku klien yang ditampilkan
untuk selanjutnya merumuskan secara jelas tentang perubahan-perubahan yang
dikehendaki, keterampilan-keterampilan baru apa yang diharapkan dimiliki klien
dan bagaimana keterampilan baru tersebut dapat dipelajari.
a) Pengertian
Kata gestalt berasal dari bahasa Jerman,
yang dalam bahasa Inggris berarti form, shape, configuration, whole;
dalam bahasa Indonesia berarti “bentuk” atau “konfigurasi. Terapi ini
dikembangkan oleh Frederick S. Pearls (1894-1970) yang didasari oleh empat
aliran, yaitu psikoanalisis, fenomenologis, daneksistensialisme, serta
psikologi gestalt.
b) Konsep
Utama
Terapi gestalt berangkat dari pandangan
bahwa individu tidak dapat dipahami dengan hanya mempelajari bagian-bagian,
melainkan harus dipahami sebagai suatu organisasi, koordinasi, atau integrasi
dari keseluruahan bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan. Manusia adalah
makhluk yang aktif dan senantiasa berupaya untuk mencapai keseimbangan antara
ikatan organisme dengan lingkungannya. Kesehatan akan dicapai apabila ia mampu
menyeimbangkan keduanya, mampu menggeser kepentingan “saya” dan “engkau”
menjadi “kami”.
Berbeda dengan psikoanalisis dari Freud,
Pearl mengajukan adanya konsep “under dog” sebagai lawan super ego, yang dalam
istilah Pearl disebut “top dog”. Apabila super ego menguasi individu dengan
keharusan atau ketakutan akan ancaman bahaya, maka “under dog” menguasai
individu dengan penekanan yang baik dalam rangka mempertahankan diri. Menurut
Pearl, baik “top dog” maupun “under dog” senantiasa bersaing untuk menguasasi
dan mengontrol manusia, sehingga pada hakekatnya setiap manusia senantiasa
tersiksa oleh kedua kekuatan dalam tersebut. Disamping itu apabila dalam konsep
psikoanalisis, frustrasi dapat dianggap sebagai sesuatu yang negatif atau ancaman,
bagi Pearl frustrasi justru dipandang sebagai elemen positif karena
dapat mendorong manusia untuk mengembangkan perlindungan, menemukan
potensi-potensinya, atau dalam menguasai lingkungannya. Karena itu, apabila
anak tidak cukup mengalami frustrasi, maka akan cenderung menggunakan
potensinya untuk mengontrol orang dewasa.
c) Tujuan
Tujuan utama terapi gestalt adalah membuat
klien mampu menerima perasaan dan pikiran-pikirannya, meningkatkan kepercayaan
diri, tidak takut dalam menghadapi dan berperan di masa depan, tidak bergantung
pada orang lain, serta menyadari diri yang sebenarnya, sehingga pada akhirnya
klien dapat memiliki spontanitas dan kebebasan dalam menyatakan diri dan
mandiri. Untuk itu penting bagi konselor untuk membantu upaya-upaya agar anak
berkebutuhan khusus mampu menyadari tentang hambatan-hambatan dalam dirinya serta
menghilangkannya.
a) Pengertian
Terapi Realitas adalah suatu sistem yang
difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model
serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan
dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti Terapi Realitas adalah penerimaan
tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental. Glasser
mengembangkan Terapi Realitas dari keyakinannya bahwa psikiatri konvensional
sebagian besar berlandaskan asumsi-asumsi yang keliru. Terapi Realitas yang
menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu
orang-orang dalam mencapai suatu “ identitas keberhasilan“ dapat diterapkan
psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan,
pengelolaan lembaga, perkembangan masyarakat
Terapi Realitas adalah suatu bentuk
modifikasi tingkah laku karena, dalam penerapan-penerapan institusionalnya,
merupakan tipe pengondisian operan yang tidak ketat. Salah satu sebab mengapa
Glasser meraih popularitas adalah keberhasilannya dalam menerjemahkan sejumlah
konsep modifikasi tingkah laku ke dalam model praktek yang relatif sederhana
dan tidak berbelit -belit.7 Terapi Realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu
kebutuhan psikologis tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan
identitas yang mencakup suatu kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan,
dan ketersendirian. Kebutuhan akan identitas menyebabkan dinamika-dinamika
tingkah laku, dipandang sebagai universal pada semua kebudayaan.
b) Tujuan
1. Menolong
individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong
konseli agar berani bertanggung jawab serta memikulsegala resiko yang ada,
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan
rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Perilaku
yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang
dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya
sendiri.
5. Terapi
ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
c)
Teknik-Teknik
dalam Konseling Terapi Realitas
1.
Menggunakan role playing dengan konseli
2.
Menggunakan humor yang mendorong suasana yang
segar dan relaks
3.
Tidak menjanjikan kepa da konseli maaf apapun,
karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu
yang sesuaidengan keberadaan klien.
4.
Menolong konseli untuk merumuskan perilaku
tertentu yang akan dilakukannya.
5.
Membuat model-model peranan terapis sebagai
guru yang lebih bersifat mendidik.
6.
Membuat batas-batas yang tegas dari struktur
dan situasi terapinya
7.
Menggunakan terapi kejutan verbal atau
ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak
pantas.
8.
Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.
Tokoh
konseling psikologi individual adalah Alfred Adler (1970-1937), seorang
penganut psikoanalisa Freud yang kemudian memisahkan diri karena
ketidaksetujuannya terutama dalam memandang libido seksual sebagai penyebab
utama neurotik. Disebut sebagai psikologi individual karena salam teorinya,
Adler lebih menekankan kepada pendekatan kemanusiaan dan penyakit dari sudut
pandang individu sebagai pribadi satu kesatuan yang utuh, bukan membagi-baginya
menjadi bagian-bagian, seperti gejala, insting, atau dorongan-dorongan.
a)
Konsep
Utama
Psikologi
individual memandang bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai perasaan
rendah diri (inferiority), yaitu perasaan lemah dan tidak berdaya yang timbul
sebagai pengalaman dalam interaksinya dengan orang dewasa atau lingkungannya.
Perasaan tersebut dapat bersumber kepada perbedan-perbedaan kondisi fisik,
psikologis, maupun ataupun sosial. Namun, justru kelemahan-kelemahan ini yang
membuat manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya, karena mendorong
manusia untuk memperoleh kekuatan, kekuasaan, kebebasan, keunggulan, dan
kesempurnaan, atau rasa superioritas melalui upaya-upaya kompensasi.
Perkembangan perilaku dan pribadi manusia selalu digerakkan dari kondisi serba
kekurangan (inferirority) ke arah kelebihan (superiority). Namun demikian
konsep superioritas ini tidak berarti harus lebih kuat atau lebih pintar dari
orang lain, tetapi lebih kepada superior dalam dirinya sendiri (superior within
himself atau superiroity over self).
Perilaku manusia hakekatnya
dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau, ditentukan oleh masa kini, dan
mengarah kepada tujuan hidupnya di masa depan. Sedangkan tujuan hidup setiap
manusia manusia disamping bersifat unik, individual, dan subyektif, juga selalu
diorientasikan kepada nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakatnya.
Setiap manusia memiliki minat sosial (social interest) dan keterikatan sosial
(social connectedness), karena itu dalam mencapai tujuan hidupnya ia tidak bisa
melepaskan diri dari nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakatnya, agar
diperoleh keharmonisan dan keseimbangan hidup. Sebab, manusia disamping
membutuhkan orang lain, juga memiliki kebutuhan untuk dibutuhkan dan diterima
oleh orang lain.
b)
Tujuan
Tujuan
utama konseling psikologi individual adalah meningkatkan harga diri, kepercayaa
diri dan minat sosioal klien, menganti tujuan-tujuan hidup yang tidak realistik
kepada tujuan yang lebih realistik, mengembangkan kemampuan kompensatoris dengan
menguji kekuatan dan kelebihan-kelebihan dirinya untuk menguasai lingkungan,
serta mengajarkan anak/klien belajar menghadapi kehidupan sehingga memperoleh
keberhasilan dalam hidupnya.
a)
Pengertian
Trait and Factor Approach menurut kamus istilah
konseling dan terapi, merupakan suatu ancangan konseling dari Minnesota,
dikenal pula sebagai directive-counseling atau counselor centered,
memiliki pandangan dasar bahwa kepribadian manusia merupakan suatu sistem sifat
dan faktor yang saling bergantung. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan
dan potensi seperti, intelegensi umum, bakat Misalnya abilitas, minat, sikap
dan temperamen; konseling bertujuan memfasilitasi perkembangan sempurna semua
aspek melalui memajukan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, sehingga
individu dapat mengelola diri dan lingkungan secara optimal.
b)
Tujuan
Secara umum tujuan konseling trait-faktor adalah mengajarkan pada
klien keterampilan-keterampilan yang efektif dalam membuat keputusan dan
membantu mereka untuk menilai karakteristik mereka lebih efektif dan
menghubungkan evaluasi-evaluasi mereka pada signifikansi sosial dan
kriteria-kriteria psikologi. Teori ini juga memandang bahwa tujuan konseling
adalah spesifik untuk masing-masing individu. Sedangkan cara cara untuk
membantu membuat atau mengembangkan keterampilan-keterampilan yang efektif
dalam membuat keputusan ialah :
a. Membantu
mendeskripsikan karakteristik mereka secara lengkap.
b. Membantu
mengeksplorasi strategi dan dasar-dasar filosofis pembuatan keputusan mereka
c. Membandingkan
karakteristik mereka dengan karakteristik idividu yang terlibat dalam
alternatif pendidikan dan vokasional yang bervariasi.
d. Membantu
kemungkinan-kemungkinan individu dalm mencapai hasil tertentu
Dalam mencapai tujuan di atas, tes bukanlah satu-satunya data yang
signifikan dalam konseling, informasi-informasi lain yang bersifat
non-kuantitatif tetap merupakan bagian integral dalam studi kasus.
Berkenan dengan tujuan konseling ini harus diingat bahwa tanggung
jawab terhadap pencapaian tujuan tersebut adalah terletak pada klien itu
sendiri, karena semua itu berdasarkan pada penilaian diri terhadap
karakteristik pribadinya atas dasar bantuan koselor. Informasi yang diberikan
berdasar hasil tes sendiri, bagi klien adalah bebas untuk menerima atau
menolaknya. Sedangkan bila klien sering melakukan perubahan-perubahan terhadap
rencana yang telah diputuskan, maka perlu dilakukan penelitian diri kembali
serta diajarkan untuk berfikir secara rasional terhadap kekeliruan-kekeliruan
yang telah dibuatnya.
Konseling dengan pendekatan “Trait and Factor” atau
pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive
counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan
perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, ada juga yang menyebutnya sebagai “Clinical
Counseling”. Beberapa pendapat mengenai esensi konseling ini telah
dikemukakan oleh para ahli dalam pendekatan ini yang kesemuanya itu sepenuhnya
menggambarkan bahwa konseling ini benar-benar bersifat “Directive”. Akan
tetapi kemudian terdapat perubahan-perubahan pendapat diantaranya mereka.
Pertanyaan-pertanyaan kemudian, seperti dari Williamson, Darley, nampak tidak
lagi bersifat “Directive” atau “Counselor-Centered”.
Kesimpulan
1. Teori
behavioral adalah teori yang lebih
menekankan kepada perilaku klien disini dan pada saat ini. Artinya, bahwa
perilaku individu yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh suasana lingkungan
pada saat ini.
2. Terapi
gestalt adalah teori yang memiliki pandangan bahwa individu tidak dapat
dipahami dengan hanya mempelajari bagian-bagian, melainkan harus dipahami
sebagai suatu organisasi, koordinasi, atau integrasi dari keseluruahan bagian-bagian
sebagai suatu keseluruhan.
3.
Teknik Konseling Realitas adalah suatu
sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Menurut Terapi Realitas,
akan sangat berguna apabila menganggap idenntitas dalam pengertian “identitas
keberhasilan“ lawan “identitas kegagalan“.
4. Teori
konseling psikologi individual adalah teori yang menekankan kepada pendekatan
kemanusiaan dan penyakit dari sudut pandang individu sebagai pribadi satu
kesatuan yang utuh, bukan membagi-baginya menjadi bagian-bagian, seperti
gejala, insting, atau dorongan-dorongan.
5. Teori
Konseling Trait and Factor Approach adalah teori yang memiliki pandangan
dasar bahwa kepribadian manusia merupakan suatu sistem sifat dan faktor yang
saling bergantung.
DAFTAR
PUSTAKA
Sulistyowati I.N, Mahmudi I. 2014. Pengaruh
Bimbingan dan Konseling Trait and Factor
dan Pemahaman Potensi Diri Terhadap Ketepatan Pemilihan Jurusan Siswa Kelas IX
SMPNegeri 5 Kota Madiun. Jurusan
Bimbingan Konseling, FIP. Universitas Pendidikan Ganesha
Sunardi,dkk. 2008. Teori Konseling. Fakultas
Ilmu Pendidikan UPI. Jakarta http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031-SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/TEORI_KONSELING.pdf (disakses pada tanggal 20 Februari 2017)
Triyanto, A. 2012. Pendekatan - Pendekatan
Dalam Konseling. Jurusan Psikologo
Pendidikan dan bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/agus-triyanto-mpd/pendekatan-pendekatan-dalam-konseling.pdf (disakses pada tanggal 20 Februari 2017)
Komentar
Posting Komentar